Selasa, 09 November 2010

Pandangan Rendy Lamadjido, anggota DPR-RI Tentang Alkhairaat

Rendy Lamadjido, anggota DPR-RI
Dinamika Dan Tantangan Al Khairaat Di Masa Depan

Sebagai sebuah institusi pendidi¬kan, di mata Rendy, Al Khairaat memiliki peran dan jasa yang sangat besar. Terutama terhadap masyarakat Sulawesi Tengah. Al Khairaat besar jasanya dalam mendidikan dan menciptakan kader muslim. Lembaga pendidikan Al Khairaat telah mencetak banyak kader berkualitas. Mereka tidak saja dapat berkiprah pada level daerah, namun juga nasional. Kader-kader Al Khairaat bertebaran di berbagai bidang kehidupan.
Bagi Rendy, Al Khairaat memiliki tancapan sejarah yang kuat di Sulawesi Tengah. Lembaga ini memiliki ikatan emosional yang kuat dengan masyarakat Sulawesi Tengah. Singkat kata, Al Khairaat merupakan bagian tak terpi-sahkan dari elemen kedaerahan Sulawesi Tengah. Demikian kuatnya ikatan emo¬sional tersebut, menurut Rendy, semua masyarakat Sulawesi Tengah memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap Al Khairaat. Lembaga ini telah menjadi bagian dari keseharian dimana mereka tumbuh dan berkembang sebagai sebuah masyarakat.
Bagi Rendy, kuatnya ikatan emo¬sional Al Khairaat dan masyarakat Sulawesi Tengah merupakan potensi tersendiri bagi lembaga tersebut. Tidak banyak lembaga yang mampu mencip¬takan hubungan yang demikian kuat dengan partisipannya, sebagaimana Al Khairaat. Melihat kuatnya hubungan emosional ini, menurut Rendy, maka ada dua hal yang hendaknya dilakukan:
Pertama, memaksimalkan hubungan emosional ini untuk mengembangkan Al Khairaat sebagai sebuah institusi. Hubungan emosional yang terbangun kuat antara Al Khairaat dan masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya, harus bisa ditransformasikan menjadi ben¬tuk kepedulian dan respon yang tinggi terhadap masa depan dan kemajuan Al Khairaat. Hubungan ini harus memberi¬kan efek yang positif-konstruktif. Selain itu, efek positif-konstruktif juga dilaku¬kan oleh para kader institusi pendidikan Al Khairaat. Bagaimanapun, para kader tersebut memiliki hutang budi yang besar kepada Al Khairaat sebagai sebuah insti¬tusi pendidikan. Salah satu cara mereka untuk “membayar” hutang budi tersebut adalah dengan menunjukkan kepedulian serta komitmen yang besar untuk mema¬jukan dan mengembangkan Al Khairaat.
Kedua, sebagai sebuah potensi, menurut Rendy, eratnya hubungan emo¬sional antara Al Khairaat dan masyarakat Sulawesi Tengah harus terus dijaga. Ini adalah sebuah kelebihan yang tidak boleh punah. Kemampuan Al Khairaat untuk membangun hubungan emosional yang kuat dengan masyarakat Sulawesi Tengah adalah sebuah kelebihan dan keunikan tersebut. Tapi bagaimanapun, fenomena ini memiliki potensi untuk hilang atau surut. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin di masa mendatang hubungan emosional tersebut tidak lagi kuat, disebabkan oleh berbagai faktor. Karena itu, menurut Rendy, kelebihan dan keunikan ini harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Al Khairaat di Lintasan Sejarah
Pada awalnya, tepatnya pada tahun 1953, namanya Madrasah Muallimin. Madrasah itu mendidik siswanya untuk menempuh studinya selama 3 (tiga) tahun dan mewajibkan tamatannya untuk menguasai bahasa Arab. Madrasah ini didirikan oleh Al Habib Idrus Bin Salim Al Jufrie yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah dengan sebutan Guru Tua.
Dalam perkembangannya, Madrasah Muallimin ini kemudian berganti nama menjadi Madrasah Aliyah Al Khairaat Pusat Palu. Madrasah Aliyah Al Khairaat Pusat Palu ini resmi berdiri pada 1 Agus¬19
tus 1958. Madrasah Aliyah Al Khairaat Pusat Palu mengalami perkembangan yang pesat seiring perjalanan waktu dan kedewasaannya.
Sebagai lembaga pendidikan, visi umum dari berdirinya Al Khairaat adalah spirit mengentaskan masyarakat Sulawesi Tengah dari keterbelakangan dalam bidang pendidikan. Baik pendidikan agama maupun umum. Al Khairaat ingin menjadi sebuah lembaga yang terdepan dalam memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan di Sulawesi Tengah dan ber¬bagai daerah lainnya.
Adapun misi Al Khiraat sebagai sebuah lembaga pendidikan, diantaranya adalah:
Pertama, menyelenggarakan pen¬didikan yang berkualitas dalam pencapa¬ian prestasi akademik dan non-akademik. Al Khairaat diorientasikan untuk menjadi standart pendidkan berkualitas, bukan hanya dalam hal akademik tapi juga non-akademik.
Kedua, mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam menjalankan ajaran agama secara utuh. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang didalamnya mengalir spirit keislaman, Al Khairaat ingin mencetak kader-kader muslim yang beriman dan bertaqwa.
Ketiga, mewujudkan pembentukan insan yang ber- akhlak al karima atau mulia. Sebagai implementasi dari spirit keislaman, Al Khairaat ingin menana¬mkan pendidikan akhlak kepada anak didiknya, sehingga mereka bisa tampil menjadi karakter-karakter dengan akhlak yang mulia.
Keempat, meningkatkan pengeta¬huan dan profesionalisme tenaga pen¬didik dan tenaga kependidikan serta pe¬serta didik sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. Al Khairaat memiliki misi untuk menjadi lembaga pendidikan yang bertopang pada profesionalisme. Sehingga bisa menjadi lembaga yang pal¬ing kompetitif.
Kini, yang awalnya bernama Ma¬drasah Aliyah Al Khairaat Pusat Palu saat ini menjadi Madrasah Aliyah terlengkap di Propinsi Sulawesi Tengah. Sebagian besar alumninya juga telah menorehkan berbagai prestasi di dalam dan luar neg¬eri. Al Khairaat telah menjelma menjadi sebuah lembaga yang memiliki kontribusi dan peran besar. Baik pada level daerah, regional maupun nasional.
Menurut Rendy, ke depan Al Khairaat harus semakin memantapkan perannya. Lembaga ini memiliki sejarah peran yang besar. Karena itu, seharusnya hal itu tetap bisa dipertahankan hingga kini. Sebagai sebuah lembaga, potensi Al Khairaat sangat besar. Terutama jika dilihat dari para alumninya yang sukses menjadi tokoh-tokoh nasional. Keber¬hasilan Al Khairaat mencetak generasi gemilang membuktikan bahwa lembaga ini memiliki kelebihan dan potensi besar.
Seharusnya ini menjadi modal penting bagi Al Khairaat untuk menjadi lembaga yang dinamis. Dengan semua kelebihan dan potensi yang dimiliki, Al Khairaat bisa menjadi sebuah lembaga yang memiliki pean terdepan pada level nasional. Karenanya, menurut amatan Rendy, tantangan utama Al Khairaat ke depan adalah terkait dengan sumber daya manusia. Potensi yang dimiliki oleh lembaga ini sudah besar. Persoalannya saat ini adalah bagaimana mengoptimal¬kan potensi tersebut agar menjadi nilai strategis bagi Al Khairaat.
Para kader yang telah mencapai sukses, menurut Rendy, merupakan salah satu yang paling strategis untuk member¬ikan sumbangsih pada Al Khairaat. Posisi, otoritas serta kiprah kader di berbagai bidang tersebut seharusnya juga bisa diar¬ahkan pada Al Khairaat.
Selain para kader, menurut Rendy, potensi yang tak kalah potensialnya yang dimiliki Al Khairaat adalah kader-kader mudanya. Para pemuda Al Khairaat memiliki potensi dan peran yang penting ke depan. Mereka adalah generasi yang akan membawa Al Khairaat pada sebuah zaman yang nanatinya akan berbeda dengan saat ini. Tantangan yang dih¬adapi akan semakin kompleks. Karena, bagi Rendy, sejak saat ini mereka harus dibekali dengan kapasitas dan kapabiltas yang memadai. Pemuda merupakan salah satu sentral kekuatan masa depan Al Khairaat.

Oleh:Mubarak Latopada (Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Alkhairaat) dan Fadil Lasawedi (Aktivis Mahasiswa Universitas Alkhairaat)

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

Sambutan Pimpinan Umum Majalah Alkhairaat News

Spirit Dan Dinamika Generasi Muda Al Khairaat

Habib Idrus bin Salim al Jufri adalah sosok yang
penuh dengan tauladan. Hidup beliau diabdikan
untuk umat. Seluruh energi dan komitmennya
sepenuhnya dicurahkan bagi masa depan
Islam. Lembaga pendidikan Al Khairaat yang beliau dirikan
menjadi tonggak pendidikan Islam di Sulawesi Tengah.
Al Khairaat menjadi simbol perjuangan Habib Idrus untuk
mencetak generasi yang berkualitas. Al Khairaat juga
menjadi simbol perjuangan melawan kolonialisme dengan
menggunakan strategi pendidikan sebagai basisnya.
Banyak hal yang bisa kita teladani dari sosok Habib
Idrus. Teladan ini bisa memberikan kita inspirasi, motivasi
sekaligus energi untuk terus lebih memajukan Al Khairaat.
Karena ke depan, tantangan yang akan dihadapi Al Khairaat
semakin kompleks. Al Khairaat dituntut untuk mampu
merespon
perkembangan zaman. Namun pada saat yang
sama, Al Khairaat juga harus mampu memeprtahankan ciri
khasnya. Yaitu kekuatan pendidikan keIslamannya. Tantangan
ini bisa dilewati, jika para kader Al Khairaat terus
melakukan inovasi dan kreatifitas.
Buletin atau majalah yang ada ditangan pembaca ini
merupakan langkah awal untuk menciptakan iklim intelektualisme
dalam tubuh Al Khairaat. Sehingga ke depan
bisa menjadi salah satu lembaga yang terdepan. Ke depan,
majalah ini diharapkan bias tampil secara berkala sebagai
media informasi dan komunikasi antar generasi dan kader
Al Khairaat lintas era.
Media ini sekaligus simbol kreatifitas dan inovasi generasi
muda Al Khairaat, dalam rangka menjawab tantangan
zaman. Diatas semua itu, media ini adalah bentuk
penghormatan dan penghargaan terhadap sosok Habib
Idrus dengan segala kiprah dan jasa-jasanya. Semoga kita
bisa meneruskan perjuangan beliau. Amien.

Mohamad Sadiq
Pemimpin Umum

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

Pandangan Habib Idrus bin Abdillah al Jufrie : SINERGI AL KHAIRAAT DAN PEMERINTAH

Habib Idrus bin Abdillah al Jufrie
SINERGI AL KHAIRAAT DAN PEMERINTAH


Habib Idrus menilai bahwa dalam perspektif pendidikan dan dakwah tantangan Al Khairaat kedepan adalah kemampuan untuk membangun konsep dan strategi yang komprehensif. Al Khairaat hendaknya bercermin pada apa yang diterapkan oleh Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama (NU). Kita harus mengikuti perkembangan yang ada. Termasuk juga perkembangan dari kebijakan pemerintah, dimana kita juga bisa bersinergi menjalin kerjasama dengan departemen atau lembaga pemerintah.
Misalnya, departemen pendidikan yang memiliki banyak program pendidikan. Al Khairaat bisa turut serta menjadi mitra kerjasama yang turut berpartisipasi menyukseskan program-program pendidikan tersebut. Pada saat yang sama, Al Khairaat juga harus melakukan regenerasi dan kaderisasi secara baik. Sehingga bisa melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sementara dari segi ekonomi dan dakwah, menurut Habib Idrus, tantangan utamanya adalah optimalisasi sayap ekonomi dari lembaga Al Khairaat. Selama ini, sayap ini masih belum maksimal kinerjanya. Sayap ini harus mampu melakukan terobosan dan langkah kreatif untuk mengembangkan peran dan kinerja Al Khairaat dalam bidang ekonomi.
Apalagi, Al Khairaat memiliki sumber daya yang bisa difungsikan secara maksimal. Misalnya, sumber daya tanah yang cukup luas. Sumber daya tersebut sebenarnya bisa dikelola secara otpimal dan kreatif, sehingga bisa memiliki kontribusi ekonomis bagi Al Khairaat.
Dalam hal dakwah, Habib Idrus melihat bahwa Al Khairaat memiliki metode dakwah yang sangat baik, yang terinspirasi dari metode dakwah yang diterapkan oleh Guru Tua. Beliau melakukan dakwah dengan perdamaian, tidak ada kekerasan. Beliau juga berdakwah dengan tauladan, praktek, bukan hanya ceramah saja. Beliau juga sosok yang suka menciptakan syair-syair. Dan itu juga salah satu cara beliau berdakwah.
Habib Idrus berharap kedepan, Al Khairaat bisa bersinergi dengan pemerintah untuk bekerjasama. Karena bagaimanapun, Al Khairaat juga telah memberikan kontribusi besar bagi Sulawesi Tengah. Baik dalam bidang pendidikan maupun dakwah. Sinergi dan kerjasama dengan pemerintah sangat diperlukan untuk memajukan Al Khairaat. Salah satu aspek yang strategi untuk kerjasama dengan pemerintah adalah pendidikan.

Oleh: Sadig Bachmid (Kandidat Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Sekapur Sirih Ketua Panitia KHaul Guru Tua: Mengenang dan Meneladani Sosok Guru Tua

Habib Muhsen bin Ali Habsyi, LC.
Ketua Panitia Penyelenggaraan Haul Habib Idrus bin Salim Al Jufrie:

Mengenang dan Meneladani Sosok Guru Tua

Menurut Habib Muhsen, latar belakang penyelenggaraan haul Habib Idrus bin Salim Al Jufrie untuk memperingati wafatnya beliau sekaligus mengenang sosok dan jasa besar beliau. Haul dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 12 syawal tahun Hijriyah. Dengan mengenang sosok guru tua, diharapkan bahwa generasi-generasi muda bisa bercermin dan mengambil tauladan. Sehingga ke depan mereka bisa mengikuti jejak guru tua dan merealisasikan cita-cita yang diharapkan oleh beliau.
Selain itu, acara haul ini juga sebagai ajang reuni dan silaturahmi para alumni Al Khairaat, generasi-generasi Al Khairaat dan juga masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya. Apalagi, penyelenggaraan acara ini bertepatan pada bulan Syawal. Acaranya di isi dengan ceramah agama para tokoh dan doa bersama berbagai kalangan. Ini sebagai ajang untuk menambah semangat semua pihak untuk meningkatkan dunia pendidikan Islam.
Menurut Habib Muhsen, undangan yang menghadiri acara haul sangat banyak. Ini bentuk penghormatan dan kenangan mereka terhadap sosok guru tua. Jumlah mereka mencapai puluhan ribu dan datang dari berbagai penjuru daerah. Bahkan, setiap tahun jumlahnya bertambah. Mereka bukan hanya datang dari kawasan Sulawesi, tapi juga propinsi-propinsi yang lainnya. Semua ini membuktikan bahwa sosok guru tua sangat dikagumi dan dikenal di seluruh penjuru Indonesia. Dan sebagaimana menjadi tujuan penyelenggaraan haul sendiri, diharapkan para undang bisa mengambil pelajaran yang baik dari sosok guru tua dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Habib Muhsen, ke depan tantangan Al Khairaat sangat besar. Tantangan dari Al Khairaat sebenarnya mencerminkan tantangan dari umat Islam itu sendiri ke depan. Sebab Al Khairaat merupakan bagian dari elemen keislaman Indonesia. Tantangan utama Al Khairaat ke depan adalah bagaimana mencetak generasi dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni. Generasi yang mampu menjawab tantangan zaman dan menyelesaikan persoalan bangsa dan negara kita yang semakin kompleks ini.
Al Khairaat merupakan wadah pendidikan yang bertujuan mencetak generasi yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Sehingga mereka mampu memainkan peran yang strategis di masyarakat. Mereka bisa menjadi generasi yang aktif dan memberikan peran penting bagi perbaikan masyarakat. Inilah tantanga Al Khairaat ke depan. Tantangan ini sekaligus juga merupakan tantangan umat Islam Indonesia ke depan.

Oleh: Muhammad Farid “Jarwo”(Aktivis Mahasiswa UIN Syarif Hidayatulla

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

PANDANGAN HABIB UMAR ALHABSYIE, MA TENTANG ALKHAIRAAT

Habib Umar Idrus Al Habsyi, LC.M.Ag,
Ketua Bidang Pendidikan dan Dakwah PP HPA)

Para Kader Harus Berkontribusi Bagi Kemajuan Al Khairaat

Bagi Habib Umar, ke depan Al Khairaat akan memiliki peran yang semakin baik. Sebab, selain karena kebu¬tuhan masyarakat yang tinggi terhadap peran-peran lembaga seperti Al Khairaat, juga karena lembaga semacam ini masih sangat terbatas di Sulawesi Tengah. Jadi, ke¬beradaan serta peran Al Khairaat sangat diperlukan.
Sebenarnya, yang diinginkan oleh masyarakat saat ini adalah dakwah yang turun langsung ke lapangan, seperti yang dilakukan oleh Guru Tua. Masyarakat sudah jenuh dengan dakwah-dakwah yang sebatas teori saja, tapi tidak ada prakteknya.
Dakwah tak lepas dari pendidikan. Seperti apa wajah pendidi¬kan, akan menentukan dakwahnya. Sebab para pendakwah tak lain adalah anak didik yang selesai dengan pendidikannya. Den¬gan berdawkah mereka mengamalkan ilmunya. Jadi, jika kita ingin dakwah semakin baik, maka pendidikan juga harus dibenahi.
Menurut Habib Umar, yang dapat menjawab tantangan kede¬pan adalah Al Khairaat sendiri. Bagaimana Al Khairaat melakukan pembenahan dan menjalankan perannya, hal itu akan menentu¬kan Al Khairaat kedepan. Satu hal yang penting bahwa para kader Al Khairaat hendaknya memberikan kontribusi pada Al Khairaat. Mereka telah mendapatkan manfaat dari keberadaan Al Khairaat. Maka, cara terbaik untuk membalas budi adalah dengan memberi¬kan kontribusi dan pengabdian pada Al Khairaat. Dalam hal ini, sosok Guru Tua adalah contoh terbaik. Beliau mengabdikan hidup dan hartanya untuk Al Khairaat. Beliau tidak pernah berharap im¬balan dari jasa-jasa yang diberikannya.[]
Oleh: Inong Lasarumi, SH


Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

SAYAP-SAYAP TERKEMBANG AL KHAIRAAT : Kiprah 4 Unit Organisasi Al Khairaat

SAYAP-SAYAP TERKEMBANG AL KHAIRAAT
Kiprah 4 Unit Organisasi Al Khairaat


Oleh:Muhammad Sadig, S.Th.I
Kandidat Magister di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Pesatnya perkembangan Al Khairaat juga karena ditunjang oleh berbagai unit organisasi yang mendukung Perguruan Islam Al Khairaat. Unit organisasi ini memiliki wilayah kerja yang berbeda-beda dan otonom. Namun, semuanya memiliki misi dan keterikatan yang sama, yaitu mengembangkan bersama Perguruan Islam Al Khairaat dalam berbagai aspeknya sesuai dengan cita-cita Habib Idrus bin Salim al-Djufri.
Diantara sederetan unit organisasi tersebut, yaitu:
1. Himpunan Pemuda Al Khairaat
Adapun Himpunan Pemuda Al Khairaat merupakan ‘sayap’ Al Khairaat di kalangan pemuda. Organisasi ini menjadi lembaga bagi pemuda-pemuda Al Khairaat untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam upaya mengembangkan Al Khairaat.
2. Wanita Islam Al Khairaat.
Bertolak dari kesadaran akan signifikansi serta besarnya peran wanita Al Khairaat dalam mengembangkan sektor pendidikan dan dakwah Al Khairaat. Maka, dalam Muktamar II diputuskan pembentukan Organisasi Wanita Islam Al Khairaat. Organisasi ini berperan signifikan dalam menangani dan membina TK Al Khairaat serta mengadakan dan mengembangkan dakwah Islam di kalangan wanita. Singkatnya, organisasi ini menjadi ‘sayap’ Al Khairaat di kalangan wanita.
3. Media Massa Al Khairaat
Salah satu kunci keberhasilan dalam mengembangkan sebuah lembaga yaitu kepemilikan akan media sebagai ‘jembatan’ komunikasi dan informasi dengan massa. Kesadaran ini melekat di benak pengurus Al Khairaat. Oleh karena itu, mereka kemudian membuat Brosur Al Khairaat yang terbit atas dasar izin P.B. Al Khairaat Pusat No. 94/G-III/PBA/VII/73. Namun, melihat signifikansi nyata akan media massa tersebut . Maka, melalui persetujuan Departemen Penerangan, Brosur Al Khairaat itu ditingkatkan menjadi surat kabar yang diberi nama Mingguan Al Khairaat melalui persetujuan Menteri Penerangan dengan izin SIUPP No. 117/SK/MENPEN/SIUPP/B.I/1986. H. Muchtar Labalado, BA ditunjuk sebagai pemimpin redaksinya saat itu, yang kemudian diganti oleh Hi. Hamid Rana.
4. Perguruan Tinggi Al Khairaat
Merujuk pada salah satu keputusan Muktamar II, pada 21 Desember 1963 Habib Idrus bin Salim al-Djufri menginstruksikan untuk membentuk Panitia Pembinaan Universitas Al Khairaat.
Dan, berkat usaha gigih Pengurus Al Khairaat serta dukungan dari masyarakat, maka pada 27 April 1964 diresmikan Universitas Al Khairaat oleh Gubernur Kepala Daerah Sulawesi Tengah, Anwar Gelar Datu Majo Basa Nan Kuning, dengan memposisikan Habib Idrus bin Salim al-Djufri sendiri sebagai rektornya.
Hingga kini, Perguruan Islam Al Khairaat rintisan Habib Idrus bin Salim al-Djufri tersebut terus berkembang menjadi salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang telah memberikan kontribusi positif yang besar bagi Indonesia, terhitung sejak Indonesia belum merdeka. Kini Al Khairaat telah menjadi nama yang ‘menggema merdu’ hampir di seluruh penjuru Indonesia. Lembaga itu juga telah tercatat dengan ‘tinta emas’ di museum sejarah Republik Indonesia. Dan, itu semua tak lepas dari jasa mulia dari Habib Idrus bin Salim al-Djufri.

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

Murad Natsir, anggota DPR RI TENTANG ALKHAIRAAT

Murad Natsir, anggota DPR RI:
POSISI DAN PERAN AL KHAIRAAT SANGAT PENTING

Menurut Murad Natsir, anggota DPR RI, Al Khairaat secara global harus dilihat dari tokoh dan karimastik guru besar, sebagai pendirinya. Jadi dalam melihat Al Khairaat, entri pointnya adalah bagaimana kita melihat sosok dari guru tua itu sendiri. Karena semua apa yang ada sekarang, yang berkembang sekarang, tentang semua kemajuan pemikiran tentang agama yang telah dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Tengah dan masyarakat bagian Indonesia Timur, guru tua adalah sumber inspirasinya.
Tidak hanya pendidikan agama, Beliau juga mengajarkan bagaimana caranya berbudi pekerti yang baik didalam bermasyarakat. Bukan hanya berbudi pekerti yang baik terhadap umat Islam saja, tapi juga berprilaku baik dan bekerjasama yang baik dengan semua pihak (non Islam). Oleh karena itu Guru Tua, termasuk Al Khairaat secara global, disenangi oleh semua pihak. Tidak menjadi momok ketakutan. Karena telah melaksanakan pesan-pesan perdamaian, pesan keberagaman dan pesan kebersamaan. Oleh karena itu, tokoh-tokoh Al Khairaat dapat diterima oleh semua pihak.
Tentan kiprah dan metode pendidikan yang diterapkan Al Khairaat, Murad Natsir berpendapat bahwa Al Khairaat memposisikan dirinya sebagai sebuah instrumen strategis didalam membawa pesan-pesan keagamaan, sekaligus penyebaran dan penguatan akidah bagi umat Islam. Al Khairaat mempunyai kemampuan untuk menjalankan ini, denan adanya figur-figur besar didalamnya. Kiprah Al Khairaat dalam pendidikan selama ini sangat strategis. Baik dalam meningkatkan taraf dan kualitas pendidikan penduduk Sulawesi Tengah maupun dalam melahirkan kader-kader yang mampu berkiprah pada tingkat daerah maupun nasional. Jasa dan peran Al Khairaat dalam bidang pendidikan sangat penting.
Dalam kondisi bangsa yang seperti sekarang ini. Terutama kondisi ekonomi masyarakat dan realitas sosial yang menyimpan banyak problem, menurut Murad Natsir, Al Khairaat sebagai sebuah isntitusi pendidikan memegang peranan penting. Sebagai pusat perkembangan keagamaan, Al Khairaat merupakan pusat budaya dan pusat pengkajian keagamaan. Oleh karena itu, Al Khairaat harus dijadikan pusat pengembangan keagaamaan bagi seluruh masyarakat di Sulawesi Tengah, tanpa mengecilkan arti dan peran agama lainnya. Karena dari aspek sejarahnya, Guru Tua selaku pendiri Al Khairaat telah memperlihatkan niat suci dan membangun tekad yang begitu kuat untuk itu. Dan ternyata hasilnya mengembirakan. Tak satupun orang mengatakan bahwa Al Khairaat itu tidak berhasil. Semua memberikan pengakuan bahwa Al Khairaat berhasil. Bahkan pengaruhnya perkembangnya sampai di kawasan timur, tengah dan barat.
Oleh karena itu, begitu tingginya apresiasi pemerintah kita ketika ada acara khaul atau muktamar Al Khairaat. Bahkan sering dihadiri oleh kepala negara. Itu berarti ada pengakuan formal, historis, sosiologis bahwa pemerintahan pusat mengakui eksistensi Al Khairaat. Bagi Murad Natsir, ini bukti bahwa posisi dan peran Al Khairaat sangat penting dan strategis. Bahkan, banyak dari kader atau generasi Al Khairaat yang menduduki posisi penting di pemerintahan. Ada yang menjadi anggota DPRD, DPR Pusat, bahkan juga menduduki sebagai menteri. Ini semakin membuktikan pentingnya posisi dan peran Al Khairaat.

Oleh:M.Ansar AR Lapaiyo (Kandidat Strata satu (S1) Universitas Alkhairaat)

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

JEJAK HIDUP dan TAULADAN HABIB IDRUS BIN SALIM AL JUFRI

JEJAK HIDUP dan TAULADAN
HABIB IDRUS BIN SALIM AL JUFRI

Oleh: Muhsin Alhadar S.Th.I.
Kandidat Magister di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Hadramaut adalah kota para ulama besar. Di kota itu telah lahir banyak ulama besar dengan ilmu yang tinggi. Salah satu yang lahir di negeri itu ialah seorang ulama besar yang nantinya mendirikan lembaga Al Khairaat, di Sulawesi Tengah. Beliau bernama Habib Idrus bin Salim al-Jufri.
Habib Idrus bin Salim al-Jufri lahir pada hari senin 15 Sya’ban 1309 H (1880 M), di kota Taris, 3 km dari Saihun, wilayah Hadaramaut. Ayah beliau bernama Salim bin Alwi, seorang mukti di Hadramaut. Sedangkan ibunya bernama Nur, yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Aru Matoa.
Habib Idrus lahir dalam keluarga agamis, Beliau juga mendapat pelajaran agama di lingkungan keluarga, selain dari pendidikan formal. Beliau banyak mendapatkan ilmu keagamaan dari ayahandanya yang pada saat itu merupakan ulama besar.
Semasa mudanya, Habib Idrus senantiasa menghabiskan waktunya untuk belajar. Bahkan tengah malam pun beliau senantiasa belajar. Tak ada waktu kosong yang terbuang di sisi beliau.Selain belajar secara otodidak, beliau juga mempunyai guru-guru yang sering memberikan ilmunya. Di antara guru-guru beliau yaitu Sayyid Muksin bin Alwi al-Saqqaf, Abdurahman bin Umar al-Saqqaf, Muhammad bin Ibrahim Balfaqih, Abdullah bin Husein Shaleh al-Bhardan, Idrus bin Umar al-Habsyi dan masih banyak lagi.
Dengan guru yang menunjang serta di dorong oleh keinginan pribadi, dalam usia yang relatif muda Habib Idrus sudah bisa menghafal al-Qur’an. Beliau juga dikenal sangat cerdas. Beliau sempat menduduki bangku kuliah yaitu di Perguruan Tinggi Arabithatul Alawiyah, di Taris. Bahkan beliau diangkat menjadi sekretaris Mufti. Selang beberapa tahun, beliaupun diangkat menjadi mufti menggantikan ayahnya. Ini membuktikan kedalaman ilmu Habib Idrus.
Pengembaraan Habib Idrus
Sebagai seorang cendikiawan muda, Habib Idrus memutuskan segala perkara dengan baik dan bijaksana. Teman-teman seperguruannya di bangku pendidikan meyakini hal itu, seperti Muhammad bin saqqaf bin Alwi al-Djufri, Ali bin Maharim, dan Abdul Karim bin Salim bin Hamid.
Habib Idrus pada masa mudanya telah memikirkan masalah masalah politik. Bahkan Habib Idrus telah memikirkan penjajahan yang menimpa negaranya. Beliau lebih mengedepankan jalur diplomasi, ketimbang konflik. Habib Idrus tidak menyukai peperangan. Karenanya, kelak beliau focus pada jalur pendidikan sebagai alternatif melawan penjajahan.
Awal kedatangan di Indonesia, Habib Idrus berperan sebagai mubalig. Ini merupakan tuntutan sosial dimana masyarakat kala itu sangat membutuhkan sosok ulama. Akan tetapi, Habib Idrus mempunyai cita-cita besar untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Atas dasar itu, kota Palu menjadi pilihannya. Alasannya dipilihnya Palu belum sepenuhnya diketahui. Namun sebagian pengamat mengatakan bahwa itu atas dasar mimpi yang dialami Habib Idrus. Namun pendapat yang lain mengatakan bahwa kota Palu memiliki tempat yang istimewa di hati Habib Idrus, sejak masih bersama ayahnya dahulu.
Sebelum ke kota Palu, beliau sempat menjadi pengajar di sebuah madrasah di pula Jawa. Namun tidak lama kemudian, pindah ke Solo. Setelah itu beliau pergi ke Jombang dan di sana bertemu dengan K.H Hasyim Asyari, pengasuh pondok Tebuireng di Kabupaten Jombang. K.H Hasyim Asyari ini merupakan tokoh utama Nahdhatul Ulama. Pada saat itu beliau diberikan kepercayaan menjadi Kepala Sekolah selama dua tahun.
Pada tahun 1929, beliau tiba di Wani atas ajakan Syekh al-Jufri yang berada di Manado. Habib Idrus disambut hangat ketika datang ke Wani. Di daerah ini pula Habib Idrus mendapatkan beberapa kenalan, seperti Habib Akhmad bin Ali al-Mukhdor, Sayyed Mahmud Rifa’i, Sayyed Ibrahim al-Mahdaly, Syech Thaha al-Saqqaf, Sayyed Abdurahman dan Sayyed Abd Kader.
Setelah pembukaan sekolah di kota Wani, sekolah tersebut kemudian di pindahkan ke kota Palu. Sebabnya, pemerintah Belanda tidak mengizinkan, dengan alasan diduga terlibat dengan kegiatan pemberontakan.
Wafatnya Habib Idrus
Habib Idrus wafat tepat pada hari senin 22 Desember 1969 atau 12 Syawal 1389. Wafatnya beliau merupakan pukulan telak bagi masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya murid-murid beliau. Sebelumnya, Habib Idrus telah mengalami sakit dan telah berobat di luar Palu seperti Makassar, Surabaya, dan Jakarta.
Walaupun beliau berasal dari kota Hadramaut, Yaman, beliau tidak kembali ke kotanya hingga wafat. Beliau sangat cinta dengan kota Palu khususnya madrasah dan murid-muridnya,
Habib Idrus meninggalkan banyak keteladanan bagi para muridnya dan masyarakat Palu pada umumnya. Diantara keteladanan beliau adalah: Pertama, keikhlasan hati dan taqwa. Keikhlasan hati Habib Idrus terlihat dari kegigihannya membangun lembaga pendidikan Al Khairaat, yang sekarang menjadi besar. Kata al-Khairaat sendiri berarti kebaikan-kebaikan. Semangat menebar kebaikan itulah moto dari hidup Habib Idrus. Beliau ikhlas melakukan semua itu demi Islam dan umat. Kedua, sifat menjalankan perintah Allah SWT. Habib Idrus dikenal sebagai pribadi yang memegang teguh perintah Allah SWT. Patuhnya Habib Idrus menjalankan perintah Allah beserta petunjuk-petunjuknya terlihat jelas dari beberapa mimpinya yang diaplikasikan dalam memilih lokasi bangunan, Mimpi tersebut diyakini oleh Habib Idrus merupakan petunjuk dari Allah SWT. Dengan mengikuti petunjuk tersebut banyak yang puas, termasuk masyarakat dan murid-muridnya.Ketiga, satu kata dan perbuatan. Habib Idrus adalah sosok yang konsisten dengan ucapannya. Apa yang diucapkannya, itulah yang akan menjadi perbuatannya. Keempat, sabar. Habib Idrus konon pernah ditanya oleh salah seorang pemuda dengan nada yang kurang sopan dan sinis. Namun beliau sabar dan tetap menjaga akhlaknya. Beliau tidak marah. Hal ini justru yang membuat orang menjadi kagum kepada Habib Idrus. Kelima, teguh pendirian dan berani. Habib Idrus adalah sosok pribadi yang teguh pendiriannya. Ia tidak goyah dengan apa yang diyakininya benar. Pendiriannya dipegang kuat. Selain itu, Habib Idrus juga berani dalam menyampaikan pendiriannya itu.
Habib Idrus Sebagai Tokoh Pendidikan
Berawal dari masa mudanya beliau sudah mengaplikaskan ilmunya mulai dari beberapa madrasah yang dibinanya. Bahkan beliau menyempatkan diri sebagai pengajar di kota Solo dan Tebuireng. Jadi, jiwa sebagai guru memang melekat pada sosok Habib Idrus.
Setelah itu beliau mempunyai mimpi untuk membuat madrasah dan itu terlaksana di kota Palu. Kini, madrasah yang dirintis beliau telah berkembang pesat dan memiliki sebuah perguruan tinggi yang bernama UNISA (Universitas Al-Khairat).
Jasa-jasa Habib Idrus dalam bidang pendidikan sangatlah besar. Baik di Sulawesi Tengah khususnya maupun Indonesia pada umumnya. Kini, Al Khairaat telah menjadi lembaga pendidikan besar, dengan berbagai cabang di seluruh Indonesia. Semua ini adalah berkat rintisan dan jasa besar Habib Idrus. Beliau adalah tokoh pendidikan Islam yang sangat berjasa.

Syair Syair Yang di Ajarkan Habib Idrus di Al Khairaat

Habib Idrus juga dikenal sangat antusias dengan syair. Beliau mengajarkan beberapa syair kepada para muridnya. Diantara syair-syair yang diajarkannya adalah berikut ini:


قال الشاعر في سوع الحفظ
شكوت إلي وقيع سوء حفظي ± فأرشدني إلي ترك المعاصي
وأخبرني بأن العلم نورا ± و نور الله لا يهدي لعاصي

Berkata ahli Syair tentang kejelekan Hafalan

Saya mengadu kepada waqi tentang sulitnya hafalan saya
Dan saya diberi tahu tentang untuk meninggalkan maksiat
Dan saya diberitahu bahwa ilmu itu cahaya
Dan Cahaya Allah akan tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat


قال الشاعر في صاحب الأخبار
إذا كنت في قوم فصاحب خيارهم ± فلا تصحب الرد فتردى مع الردى
عن المرأ الأتسل وسل عن قرينه ± فكل قرين بالمقارن يقتدي
فإن كان شرا فجانبه سرعة ± فإن كان خيرا فقارته تهتدي

Berkata Ahli Syair tentang Teman Baik
Bilamana engkau berada di suatu kaum, maka carilah teman baik
Janganlah engkau menemani orang jahat, sebab engkau akan jahat pula
Dan tiap tiap orang itu mengikuti sifat temannya
Bilamana ia jahat, jauhilah dengan cepat
Bilamana ia kaudapati ia baik, maka dekatilah


Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

Pandangan AKBAR ZULFAKAR, ST. ANGGOTA DPR RI TENTANG ALKHAIRAAT

AKBAR ZULFAKAR, ST. ANGGOTA DPR RI

AKSES PENDIDIKAN BERKUALITAS DAN MUDAH BAGI GENERASI MUDA

Akbar Zulfakar adalah salah satu anggota DPR fraksi PKS di komisi 10. Akbar terlibat dalam bidang pendidikan dan kepemudaan serta berbicara anggaran juga. Beliau adalah termasuk dalam keluarga yang bersahaja. Dalam kesibukannya beliau sempat beribadah dan berbagi serta melayani tamu-tamunya setiap hari.
Menurut Akbar Zulfakar, Habib Idrus bin Salim al-Djufri merupakan sosok yang tidak tergantikan oleh siapapun, Habib Idrus meruapakan pembawa pendidikan agama Islam khususnya di Sulawesi Tengah. Bahkan beliau salah satu orang yang mempelopori khususnya di wilayah Timur Bagian Indonesia. Bahkan jasanya sangat besar bagi bangsa Indonesia ini.
Menurut Akbar, Habib Idrus merupakan satu satunya tokoh yang luar biasa, karena jasa-jasanya sangat besar khususnya di Sulawesi Tengah. Habib Idrus merupakan peletak pertama pendidikan Islam di Sulawesi Tengah.
Akbar juga memberikan gambaran bahwa Habib Idrus juga seorang yang mempelopori pendidikan yang awalnya gelap sehingga menjadi terang benderang. Sehingga sangat pantas kalau sering mendoakan beliau khususnya pada setiap tanggal 12 Syawal atau sering dikenal dengan Haul Guru Tua. Bahkan perubahan yang dibuat oleh Habib Idrus adalah perubahan mental dan akidah, bukan dari segi fisik. Dan ini merupakan perubahan yang sebenarnya. Habib Idrus pun merubah pola pikir orang Sulawesi menjadi orang-orang yang bermental agamis. Bahkan kita sebagai anak muda harus meneladani sikap-sikap Habib Idrus sehingga bisa meneruskan perjuangan beliau.
Sedanghkan berbicara mengenai lembaga Al Khairaat itu sendiri, menurut Akbar ini merupakan bukti bahwa Habib Idrus telah berjuang keras dalam membangun sistem pendidikan di Indonesia. Bahkan lembaga ini lebih dikenal dari pada kota Palu itu sendiri. Banyak orang yang mengatakan bahwa Al Khairaat ada di Kota Palu, ketika orang berbicara kota Palu pasti yang disoroti Al Khairaat dulu, baru yang lainnya.
Bahkan Al Khairaat telah membentuk beberapa sekolah mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi. Bahkan Al Khairaat juga sering mengadakan pendidikan yang nonformal seperti ta’lim dan hal itu sering di ikuti oleh beberapa ta’lim yang lain khususnya di kota Palu. Dan pengajaran yang di lakukan oleh ta’lim –ta’lim al Khairaat mudah dicerna.
Berbicara masalah pendidikan Pak Akbar Zulfakar menilai dari IPM (Indeks Pembangunan Manusia). IPM itu adalah indikator untuk mengukur pendidikan di kota-kota, pada saat ini menurut Akbar Sulawesi Tengah berada di urutan 23 dari 33 daerah. Ini sungguh disayangkan oleh Akbar. Dalam IPM terdapat tiga indikatornya, yaitu pendidikan, Kesehatan dan Daya Beli.
Menurut Akbar, dalam dunia pendidikan khusus untuk pendidikan kita berada di peringkat 21 untuk daerah Sulawesi Tengah. Dan ini kategorinya tertinggal, dan ini merupakan suatu keprihatinan untuk masayarakat Sulawesi Tengah. Akbar menegaskan bahwa syarat untuk Sulawesi maju, maka Sumber Daya manusia harus dibangun dan di tingkatkan.
Menurut Akbar agar semua turwujud kita harus punya komitmen. Dari komitmen itu maka akan terlihat dari anggaran yang diberikan. Dan dari alokasi anggaran yang dimanatkan oleh APBN dan UUD sebanyak 20% jika ini terealisasikan maka pendidikan di Sulawesi Tengah bisa gratis. Khususnya di daerah, biaya pendidikan tidak mencapai 20%. Sehingga sulit untuk mencapai hasil maksimal. Dengan APBN 20%, tidak akan terjadi pungutan untuk orang tua murid, bahkan buku-buku bisa menjadi gratis. Bahkan biaya masuk bisa gratis.
Menurut Akbar hal ini sangat disayangkan karena di zaman yang sudah merdeka ini, biaya pendidikan masih menjadi beban dari orang tua murid. Dan tidak sama dengan pada zaman Guru Tua dulu, sekarang sudah modern dan anehnya masih seperti menjadi kesulitan bagi anak muda untuk bersekolah. Dan hal ini tergambarkan dalam UUD dasar RI bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab dari negara.
Bahkan menurut Akbar sebagai anggota DPR mendorong agar menteri Pendidikan memberikan biaya gratis pada tahun 2011 nantinya. Dan hal ini harus terwujud untuk taraf SMA, sehingga dari SD sampai SMA semuanya gratis sehingga kita bisa meratakan pemikiran anak-anak khususnya dalam memajukan SDM Sulawesi Tengah.
Menurut Akbar, bagaimana pendidikan di format dengan muda sehingga bisa diakses oleh kalangan muda. Mereka tidak boleh diberi beban yang berat untuk bisa sekolah. Sebab merekalah tonggak masa depan bangsa ini. Jika mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak, itu artinya masa depan bangsa ini terancam. Jadi, generasi muda harus di beri akses pendidikan yang mudah dan lancar.
Apa yang dilakukan Habib Idrus dahulu merupakan tauladan sekaligus inspirasi bagi kita semua untuk memberikan perhatian serius terhadap pendidikan. Karena memang inilah aspek paling strategis bagi pembangunan Indonesia ke depan. Sulawesi Tengah bisa maju, jika memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Dan sumber daya manusia bisa berkualitas jika akses pendidikan mudah dan berkualitas juga.
Oleh: Ibrahim Lagandeng (Aktivis Mahasiswa Universitas Alkhairaat)

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

Pandangan Dr. Nadjamuddin Ramly, M.Si Tentang Alkhairaat ke Depan

Dr. Nadjamuddin Ramly, M.Si
Gagasan tentang Revitalisasi Al Khairaat

Menurut Dr. Nadjamuddin Ramly, M.Si, tantangan utama Al Khairaat ke depan adalah soal profesionalitas manajemen pengelolaan. Sebagai sebuah organisasi yang cukup tua dan memiliki akar emosional yang kuat, baik di Sulawesi Tengah maupun propinsi Sulawesi pada umumnya, Al Khairaat hendaknya mampu bertransformasi menjadi sebuah keorganisasian yang berbasis pada sebuah sistem yang profesional dan modern.
Pola serta sistem pengelolaan yang konvensional atau trandisional tidak lagi diterapkan pada konteks sekarang. Kecuali, sebagai sebuah organisasi Al Khairaat tidak ingin berada di garda terdepan. Selama Al Khairaat ingin merebut kembali vitalitas dan kestrategisan perannya, sebagaimana yang dulu pernah ditorehkan, maka kunci utamanya terletak pada refromasi manajemen pengelolaan.
Bagi Nadjamuddin Ramly, ini adalah persyaratan mutlak. Saat ini Al Khairaat belum bisa kembali merevitalisasi peran dan kiprahnya, karena memang belum terjadi sebuah revitalisasi konsep dan pola pengelolaan didalamnya. Sulit mengharapkan peran “keluar” yang maksimal, jika profesionalitas “didalam” masih sangat minimal.
“Sudah saat bagi Al Khairaat untuk bermetamorfosis menjadi organisasi yang mampu merespon tantangan zaman yang semakin kompleks. Untuk mencapai tahapan tersebut, Al Khairaat harus melakukan revitalisasi konsep dan pola pengelolaan organisasinya. Pola rekruitmen sumber daya manusia harus benar-benar profesional. Sistem pengelolaan manajemen juga harus akuntabel dan transparan,” tegas Ramly.
Tanpa itu semua, kata Ramly, sulit mengaharapkan Al Khairaat mampu kompetitif dengan oraganisasi-organsiasi yang lain. Apalagi, saat ini dunia pendidikan semakin progresif. Selain melengkapi diri dengan prasarana yang memadai, lembaga pendidikan juga mulai memformulasikan konsep pendidikan yang terbaru, yang tidak konvensional. Lembaga pendidikan yang berada dibawah pengelolaan Al Khairaat, juga dituntut untuk bisa menjawab tantangan dunia pendidikan yang demikian.
Bagi Ramly, sebagai sebuah organisasi Al Khairaat memiliki akar progresifitas. Organisasi ini lahir dalam konteks Indonesia yang masih terbelakang dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Sosok Habib Idrus bin Salim al Jufri, sang pendiri, kemudian melahirkan gagasan tentang organisasi Al Khairaat. Ini membuktikan bahwa Beliau adalah sosok yang visioner, yang mampu menjawab tantangan zaman dengan sebuah pendekatan yang mutakhir.
Ini membuktikan bahwa Al Khairaat lahir sebagai bentuk respon terhadap tantangan modernitas. Maka, cukup ironis jika Al Khairaat kemudian gagap dalam merespon perkembangan zaman. Seharusnya, progresifitas dan dinamisitas menjadi elan vital organisasi ini. Al Khairaat seharusnya menjadi salah satu yang terdepan dalam menawarkan solusi terhadap problema dan tantangan kemajuan. Baik dalam bidang pendidikan, sosial, budaya, keagamaan, dan bahkan juga ekonomi.
“Ini adalah momentum yang tepat bagi Al Khairaat untuk mengembalikan nilai dan peran strategisnya. Saat yang tepat untuk kembali merengkuh semangat progresifitas yang dulu ditanamkan oleh Tuan Guru. Di tengah semakin besarnya tuntutan terhadap kiprah organisasi Islam, Al Khairaat memiliki momentum yang tepat untuk kembali menunjukkan kiprahnya. Sehingga bisa meraih masa keemasan seperti diukir oleh Tuan Guru,” kata Ramly.
Bagi Ramly, realisasi agenda revitalisasi diatas kembali pada komitmen dan kebulatan semua pihak yang aktif dalam Al Khairaat. Tanpa komitmen yang kuat, sulit berharap agenda revitalisasi Al Khairaat bisa terlaksana. Kunci utamanya adalah kesadaran bahwa untuk bisa menjawab tantangan zaman dan bisa tetap menunjukkan eksistensinya, Al Khairaat harus melakukan perubahan yang radikal dalam system pengelolaannya. Kesadaran akan hal ini, kemudian dilanjutkan dengan komitmen untuk mengimplementasikan agenda revitalisasi diatas.
Jika revitalisasi Al Khairaat berhasil dilakukan, bisa dipastikan bahwa organisasi ini akan kembali bersinar dan mengembangkan kepak sayap perannya. Dan yang akan paling beruntung menikmati revitalisasi Al Khairaat adalah masyarakat Sulawesi sendiri. Inilah cita-cita luhur Tuan Guru.

Oleh: Ahmad Sofyan (Ketua UKM Sanggar Seni Guru Tua (SSGT) Universitas Alkhairaat) dan Musyawir Muhammad(Kandidat Starata Satu (S1) DI Universitas Alkhairaat (UNISA Pusat Palu)

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

UNIVERSITAS AL KHAIRAAT MENJEMPUT MASA DEPAN DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS AL KHAIRAAT
MENJEMPUT MASA DEPAN DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA

Wawancara Dengan Rektor Universitas Al Khairaat

Tentang tantangan Al Khairaat ke depan, Rektor Universitas Al Khairaat, Lukman S. Tahir mengatakan bahwa ke depan, tantangan Al Khairaat meliputi tiga aspek. Pertama, soal mutu pendidikan. Kedua, soal dakwah dan pola pengembangannya. Ketiga, soal pemberdayaan ekonomi umat. Soal mutu pendidikan, ada dua strategi untuk menjawab tantangan tersebut. Ada dua aspek yang perlu dikembangkan terkait dengan mutu pendidikan. Pertama, peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Al Khairaat. Yaitu dengan meningkatkan kualitas guru. Kedua, pengembangan model kurikulum yang berbasis kompetensi dan kawasan. Dengan model kurikum seperti ini, anak didik diharapkan menguasai dan memahami keilmuan yang diajarkan mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Termasuk kompleksitas dan elastisitas kurikulum, sebisa mungkin dapat menyesuaikan tuntutan modernitas dan lokalitas di masing-masing daerah.
Menurut Lukman, yang dapat menjawab tantangan tersebut diatas tentunya seluruh elemen abnaul khairaat, terutama pihak pengurus perhimpunan dan satuan-satuan pendidikan yang ada di lingkungan Al Khairaat. Yang akan saya lakukan dengan Al Khairaat sebagai institusi pendidikan dalam memberikan kontribusi riil terhadap bangsa ini adalah mengkristalisasikan model pendidikan berbasis moral dan attitude dari pendiri Al Khairaat. Corak dan model pendidikan seperti ini tidak hanya mengajarkan atau memberikan pengetahuan, transfer of knowledge pada siswanya. tetapi yang terpenting adalah membentuk karakter pribadi (character building) siswa menjadi siswa yang berakhlak dan berkepribadian. Bangsa ini tidak hanya membutuhkan orang yang cerdas, tetapi juga berakhlak. Model pendidikan Al Khairaat seperti inilah yang menjadi kontribusi riil bagi bangsa ini, terutama di kawasan Indonesia Timur.
Menurut Lukman, sejak tahun 1930, pendiri Al Khairaat, Habib Idrus bin Salim Al Jufrie telah menanamkan model pendidikan seperti itu kepada murid-muridnya. Seperti dalam syairnya, "dengan ilmu dan akhlak, gapailah impianmu. Jika sudah berilmu, jangan sampai menjadi sombong.” Tentang prospek UNISA sendiri ke depan, Lukman mengatakan bahwa saat ini satu-satunya Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia Timur yang akselerasi SDM-nya paling cepat adalah UNISA. Saat ini ada 11 orang dosennya berpendidikan doktor (S3), dua telah selesai dan 9 orang dalam proses penyelesaiannya. Untuk menjadi dosen di UNISA, wajib S2, karena itu bagi dosen yayasan yang masih S1, diharuskan dan dibiayai kuliah S2. Jika tidak , mereka hanya bisa menjadi karyawan.
Tantangan Al Khairaat yang selanjutnya, menurut Lukman, adalah pola pengembangan dakwah yang sejalan dengan tuntutan modernitas. Untuk hal ini ada tiga pendekatan dakwah yang harus dibangun di Al Khairaat. Pertama, dakwah bil-lisan tetap harus dipertahankan, dengan tetap memperhatikan perkembangan masyarakat kota dan desa Kedua, harus dikembangkan dan ditradisikan dakwah bil-qalam, menjadi penulis atau jurnalistik, Ketiga, dakwah bil-hal.

Sementara untuk tantangan yang ketiga, Al Khairaat sedang mengembangkan pemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan. Dengan agenda ini, diharapkan bahwa Al Khairaat bias memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat Sulawesi.

Oleh: Ahmad Djauhar(Kandidat Starata Satu (S1) DI Universitas Alkhairaat (UNISA) Pusat Palu)

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

PERAN PROFETIK AL KHAIRAAT Menebarkan Kebaikan Bagi Indonesia,Mencounter Kolonialisme dengan Pendidikan

PERAN PROFETIK AL KHAIRAAT
Menebarkan Kebaikan Bagi Indonesia,Mencounter Kolonialisme dengan Pendidikan

Oleh:Ali Mansur, M.Ag
(Ketua HPA Wilayah DKI Jakarta)

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang dikhawatirkan Belanda ketika mereka menjajah Indonesia. Sebab, mereka menyadari bahwa ketakberpendidikan mayoritas rakyat Indonesia kala itu merupakan salah satu akses utama mudahnya Belanda melakukan penjajahan dan menggantungkan cita-cita kolonialisme di tanah air Nusantara. Sehingga, pendidikan di Indonesia menjadi salah satu aspek yang dimonopoli dan paling diawasi oleh Belanda.
Oleh karena itu, ketika pada tahun 1914 Belanda terdesak untuk menyediakan akses pendidikan bagi rakyat Indonesia. Maka, Belanda membuka lembaga pendidikan yang berbasis Nasrani serta berada ketat di bawah pengawasan Belanda. Sehingga, lembaga pendidikan itu pun sejatinya, hanya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang-orang Belanda dan kalangan pro-Belanda sekaligus menjadi akses bagi Belanda untuk memberikan doktrin kolonialisme mereka kepada masyarakat Indonesia.
Kesadaran itulah yang kemudian dirasakan oleh Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri. Sehingga, beliau pun terdorong untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan murni yang berbasis Islam di Palu yang kemudian diberi nama “Madrasah Al Khairaat Al Islamiyah”. Madrasah tersebut secara resmi didirikan pada 30 Juni 1930 sesuai dengan peresmian gedung pertamanya. Walaupun sejatinya madrasah tersebut telah berdiri dan berkiprah jauh sebelum itu.
Selain sebagai lembaga dakwah Islam di Indonesia. Lembaga pendidikan itu kemudian juga diorientasikan guna menjadi lembaga untuk mencerdaskan rakyat Indonesia. Setidaknya, agar rakyat Indonesia menyadari buruknya cita-cita kolonialisme Belanda yang telah lama digantungkan di Nusantara serta menyadari akan keterjajahan dan ketertindasan mereka di tanah airnya sendiri. Sehingga kemudian kemerdekaan dan kesejahteraan akan terasa di tanah air Indonesia. Singkatnya, secara umum Al Khairaat memiliki cita-cita sesuai dengan namanya; menebarkan kebaikan-kebaikan di Indonesia.
Kewibawaan dan keterpandangan sosok Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri di Palu menjadikan Belanda terpaksa patut mengizinkan tekad Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri tersebut. Walaupun, sejak berdiri, Al Khairaat terus mendapatkan pengawasan ketat dari Belanda.
Hingga tahun 1933 merupakan tahun-tahun yang sulit bagi Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri dalam membangun Al Khairaat. Sebab, selama itu adalah masa-masa awal perintisan Al Khairaat. Selain pengawasan ketat dan tekanan yang dilakukan oleh pihak Belanda. Minimnya tenaga pengajar merupakan variabel lain yang menjadi hambatan bagi Al Khairaat di masa-masa perintisan tersebut. Oleh karena itu, pada masa-masa itu Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri menjadi sosok guru utama yang terlibat di seluruh proses belajar-mengajar di Madrasah Al Khairaat Al Islamiyah. Beliau juga menjadi sosok utama yang melindungi dan mempertahankan eksistensi Al Khairaat di tengah-tengah pengawasan ketat dan tekanan dari pihak Belanda.
Namun, walau berada dalam keadaan yang begitu sulit, di masa-masa perintisan itu Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri telah mampu menorehkan berbagai prestasi signifikan bagi rakyat Indonesia melalui di Al Khairaat.
Sederetan prestasi signifikan tersebut, diantaranya:
• Masyarakat sekitar menjadi memahami Islam secara utuh serta meninggalkan berbagai tradisi bernuansa animisme yang tak sesuai dengan ajaran Islam yang saat itu memang masih ada dan berkembang di masyarakat sekitar.
• Masyarakat sekitar mulai memahami buruknya cita-cita kolonialisme Belanda di tanah air Indonesia serta mulai tumbuh kesadaran untuk mengakhiri penjajahan Belanda tersebut.
• Mulai terkumpulnya dana-dana bagi kelanjutan pengembangan Al Khairaat, baik dari para dermawan, simpatisan atau pun dari hasil usaha dagang Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri yang sebagian kemudian dihibahkan kepada Al Khairaat.
• Mampu mendirikan sebuah gedung madrasah untuk menunjang proses belajar-mengajar di Al Khairaat yang diresmikan pada 30 Juni 1930, sekaligus menyediakan kediaman bagi Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri di lingkungan gedung madrasah itu pula. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat sekitar, diantaranya; Madika Palu, Waliyullah Al-Habib Ahmad Bin Ali Al Muhdar dari Wani.
• Telah berhasil mencetak dua lulusan, yaitu Syech Abd. Rahman Bin Syech Al-Djufri (keponakan Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri) dan Muhammad Gasim Maragau (Putera Kaili). Selain itu, juga tercatat telah berhasil mencetak dua tenaga pengajar yang kemudian diminta oleh Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri untuk membantu beliau di Al Khairaat, yaitu; S. Muhammad Bin Syech Al-Djufri dan S. Sagaf Bin Syech Al-Djufri.
Ketika memasuki tahun 1934, upaya pengembangan Al Khairaat mulai dilakukan oleh Syech Al-Djufri. Oleh karena itu, dari tahun itu hingga tahun 1956 dikenal sebagai masa pembangunan Al Khairaat.
Upaya pengembangan tersebut dilakukan dengan pendekatan tradisional. Dalam artian, Syech Al-Djufri melakukan pendekatan secara langsung dengan mendatangi berbagai tokoh-tokoh serta kalangan-kalangan bangsawan sekitar serta menyampaikan ceramah-ceramah guna menyampaikan dan menarik simpati masyarakat sekitar terhadap kiprah Al Khairaat. Kegiatan tersebut dilakukan beliau hingga mencapai daerah Poso-Ampana, Luwak-Banggai, Tinombo, Parigi, Gorontalo, Menado hingga mencapai wilayah Ternate. Bahkan, tercatat bahwa Syech Al-Djufri sempat mengunjungi beberapa wilayah di Jawa dan Kalimantan.
Namun, hambatan tetap mewarnai laju perkembangan Madrasah Al Khairaat Al Islamiyah tersebut. Dalam periode ini, salah satu hambatan terbesar yaitu saat Al Khairaat mengalami “Instruksi Peringatan”. Instruksi ini muncul akibat kecurigaan yang mulai memuncak dari pihak Belanda terhadap Al Khairaat dengan berbagai aktifitasnya. Terlebih, sejak awal kelahirannya Al Khairaat telah diduga oleh pihak Belanda sebagai lembaga pendidikan yang mengimbangi dan meredam upaya penyebaran ajaran Nasrani oleh lembaga-lembaga pendidikan bentukan Belanda, khususnya Bala Keselamatan yang berpusat di Kalawara.
Oleh karena itu, pada tahun 1939 secara mendadak Inspektur Pengajaran dari Manado tiba-tiba mendatangi Al Khairaat untuk melihat kurikulum serta buku pegangan pengajaran di Al Khairaat. Pasalnya, sempat terkabar bahwa Al Khairaat menjadikan buku berjudul “Izdhatun Nasyi’in” karya Mustafah Algalayin dari Libanon sebagai buku pegangan pengajarannya. Dan, jika itu benar-benar terbukti, maka dapat dipastikan bahwa Belanda akan menghentikan seluruh aktifitas Al Khairaat karena dinilai mengancam eksistensi Belanda di Indonesia. Apalagi, tercatat bahwa banyak alumnus Al Khairaat yang aktif sebagai anggota atau pun pengurus Serikat Islam, sebuah organisasi yang gencar mendakwahkan Islam dan menggerakkan pengikutnya untuk menuntut kemerdekaan Indonesia.
Sederetan kecurigaan itu membuat Belanda semakin ketat mengawasi dan menekan Al Khairaat. Sehingga, laju pengembangan Al Khairaat pun menjadi terkendala. Beberapa tokoh Al Khairaat pun banyak yang mulai ditindak karena tuduhan telah ikut serta secara aktif dalam kegiatan menentang penjajahan Belanda dan menuntut kemerdekaan Indonesia. Diantara beberapa insiden tersebut, yaitu:
• Tuduhan terhadap M.S. Patimbing pada Desember 1939 yang dituduh mengadakan rapat gelap di dalam Masjid Kampung Soho (Kota Luwuk) saat beliau masih bertugas sebagai guru Al Khairaat di Ampana, Poso. Atas tuduhan itu, M.S. Patimbing dikenai hukuman oleh Belanda dan Masjid Kampung Soho dilarang digunakan untuk ibadah shalat Jum’at.
• Pada tahun 1942, Ustad Abdussamad (Kepala Madrasah Cabang Dondo, Ampana) bersama lima kawannya dikenai hukuman keras dengan dibuang ke laut sekitar Tojo dan Poso, Perairan Teluk Tomini oleh Belanda.
Ketika penjajahan beralih ke tangan Jepang pun, pengawasan ketat dan tekanan keras terhadap aktifitas Al Khairaat terus dilakukan oleh Jepang dengan asumsi yang sama; dikhawatirkan Al Khairaat akan menjadi lembaga pendidikan yang mencerdaskan rakyat Indonesia serta menyadarkan mereka akan keterjajahannya oleh Jepang serta nantinya menuntut kemerdekaan. Dan, Al Khairaat dipaksa oleh Jepang untuk diliburkan hingga batas waktu yang tak ditentukan dengan alasan gedung madrasah itu akan menjadi markas Nantako oleh tentara Jepang.
Tak aktifnya Al Khairaat berlangsung hingga Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dan, saat Indonesia sudah merdeka, maka Al Khairaat pun aktif kembali. Secara resmi instruksi aktifnya kembali Al Khairaat itu turun pada 17 Desember 1945. Al Khairaat pun kembali berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Indonesia.
Namun, perjuangan belum berakhir. Pasca-Proklamasi Kemerdekaan RI pun Al Khairaat masih mendapat tekanan dari Nederlands Indische Civiel Administrasi (NICA)yang kala itu masih menguasai daerah sana. Al Khairaat ditekan oleh NICA dengan tuduhan bahwa banyak anggotanya yang terlibat dalam Gerilya Kilat, sebuah gerakan yang aktif mengadakan sabotase dan menjadi mata-mata para pejuang pergerakan yang berusaha memerdekakan daerah sana dari NICA.
Di tengah-tengah berbagai hambatan itu, Al Khairaat tetap berkiprah dalam aspek pendidikan. Sehingga, perkembangan dan prestasi semakin ditorehkan oleh Al Khairaat dalam memajukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Lulusan-lulusan berkualitas terus dicetak oleh madrasah tersebut. Berbagai lulusannya juga telah diutus ke daerah-daerah serta menorehkan berbagai prestasi dalam mencerdaskan rakyat Indonesia di masing-masing daerah; Bailo, Tinombo, Pulau Togian, Banggai, Batui, Kintom, Bungku, Poso, dll. Mereka juga hingga membuka cabang Al Khairaat di masing-masing daerah tersebut. Sehingga Al Khairaat pun menjadi terkenal di berbagai wilayah di seantero Indonesia sebagai sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islam yang mencerdaskan rakyat Indonesia dan berperan aktif dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Di masa transisi, masyarakat di Lembah Palu mengadakan gerakan yang pada puncaknya menyelenggarakan demonstrasi di hadapan Pemerintah NIT di Palu untuk menyampaikan Maklumat 6 Mei 1950. Kegiatan itu mendapat respon positif dan aktif dari Al Khairaat. Sehingga, pada 15 Juni 1951, Al Khairaat menyelenggarakan konferensi terkait hal itu. Konferensi sehari di Gedung Al Khairaat itu dihadiri sekitar 100 orang yang terdiri dari para tokoh masyarakat, kepala distrik hingga para raja sekitar Palu, Donggala dan sekitarnya. Konferensi itu dipimpin oleh M.S. Patimbang dan sekertarisnya, Kamaruddin Patimbang. Konferensi itu pun menghasilkan beberapa maklumat, yaitu:
• Maklumat tentang kebulatan dukungan Al Khairaat terhadap Maklumat 6 Mei 1950, serta menentang setiap ancaman terhadap Pemerintahan RI yang berpusat di Jogja.
• Maklumat untuk membangun dan membina serta mengembangkan Al Khairaat sebagai wadah yang bergerak untuk kepentingan rakyat Indonesia, khususnya umat Islam.
Pada tahun 1953, setelah Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri kembali dari perjalanan panjangnya membangun cabang-cabang Al Khairaat, beliau segera membangun gedung baru agar mampu menampung kapasitas murid yang kala itu mulai melebihi kapasitas gedung lama. Beliau mendirikan gedung bertingkat dua dengan motif bangunan ala Arab yang ditopang oleh dana dari usaha dagang beliau serta bantuan dari para dermawan.
Sejak saat itu, perkembangan Madrasah Al Khairaat Al Islamiyah begitu pesat. Apalagi, paska kedatangan Hi. Rustam Arsjad dari tugas mengajarnya di Kalimantan, beliau membuka madrasah satu tingkat di atas Madrasah Ibtidaiyah, yaitu; Madrasah Mualimin. Madrasah Mualimin tersebut ditempuh selama 3 tahun dengan dibekali kurikulum berbasis keguruan. Sehingga, lulusannya siap untuk diterjunkan langsung sebagai tenaga pengajar ke cabang-cabang Al Khairaat di seluruh Indonesia. Bahasa Arab juga menjadi salah satu nilai unggul madrasah ini. Sehingga, lulusannya dikenal dengan kualitas yang bermutu.
Pada tahun 1951, sebagai salah satu langkah adaptasi dengan kondisi daerah setempat, nama Madrasah Al Khairaat Al Islamiyah dirubah menjadi Perguruan Islam Al Khairaat. Saat Abas Palimuri kembali dari tugas belajarnya di SGA Jakarta, beliau juga mendapat restu dari Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri untuk mendirikan MLP (Madrasah Lanjutan Pertama), sederajat SMP. Dan, selanjutnya juga dibuka PGAP yang disesuaikan dengan program PGA yang diasuh langsung oleh Departemen Agama. Bachren Thajeb ditunjuk sebagai kepala sekolahnya. Kegiatan non-akademis juga kemudian terus berkembang di Al Khairaat, dari olah raga hingga keorganisasian.
Ketika memasuki tahun 1956, Al Khairaat telah memulai menata keorganisasiannya secara lebih sistematis. Mereka mulai melakukan langkah koordinasi dan integrasi internal di Al Khairaat. Upaya koordinasi dan integrasi internal di Al Khairaat ini sejatinya telah dimulai saat Al Khairaat melakukan Konferensi 15 Juni 1951. Namun, konferensi itu ternilai masih terbatas. Oleh karena itu, secara resmi upaya pertemuan akbar antar pengurus dan pimpinan Al Khairaat secara keseluruhan dilakukan pada tahun 1956 bertepatan dengan Ulang Tahun ke-25 Al Khairaat. Pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan Muktamar I Al Khairaat.
Muktamar I tersebut secara umum dilaksanakan guna memenuhi keinginan Habib Idrus Bin Salim Al-Djufri untuk membicarakan dengan seluruh pengurus Al Khairaat terkait perkembangan di masa itu serta orientasi Al Khairaat di masa depan. Muktamar I tersebut memang ternilai sangat signifikan. Sebab, melalui forum itulah koordinasi dan integrasi mulai terjadi di Al Khairaat. Selain itu, Muktamar I tersebut ternilai telah berhasil merumuskan keorganisasian Al Khairaat secara sistematis.
Pelaksanaan Muktamar Al Khairaat itu pun menjadi agenda rutin Al Khairaat guna melakukan koordinasi, integrasi serta sistematisasi internal di Al Khairaat. Muktamar II pun kembali dilaksanakan pada 1963 di Ampana, Poso. Muktamar III berlangsung pada tahun 1970. Muktamar IV dilangsungkan pada tahun 1981. Dan, Muktamar V digelar pada tahun 1987.

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

Wawancara dengan Habib Salim Seggaf Al Jufrie, Menteri Sosial RI

Wawancara dengan Habib Salim Seggaf Al Jufrie, Menteri Sosial RI:
Tantangan Utama Al Khairaat adalah SDM dan Kurikulum

Menurut Bapak Menteri, apa tantangan Al Khairaat ke depan, baik sebagai sebuah institusi pendidikan maupun organisasi?

Habib Salim: untuk menghadapi tantangan zaman yang kompleksitas persoalan, Al Khairaat harus mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebagaimana yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan yang ingin menjadi terdepan. Berbicara pendidikan secara umum, ada dua hal yang menjadi ujung tombaknya Pertama, sumber daya manusia. Lembaga pendidikan harus disokong oleh tenaga pengajar, kepala sekolah dan manajer-manajer yang berkualitas. Yang bisa menginternalisasi konsep-konsep pendidikan yang terbaru dan berkualitas.
Kedua, kurikulum. Lembaga pendidikan sangat tergantung pada konsep kurikulum yang diterapkannya. Kurikulum yang diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan harus merespon perkembangan zaman. Kurikulum yang ketinggalan zaman, tidak akan mampu mencetak anak didik yang berkualitas dan yang mampu menjawab tantangan zaman. Tanpa dua hal tersebut, SDM dan kurikulum, sebuah lembaga pendidikan tidak akan mencapai target.
Sampai saat ini, Al Khairaat menghadapi kendala dalam dua hal tersebut. Ada beberapa kader yang dicetak oleh lmebaga ini, namun mereka tidak kembali untuk mengabdi dan menerapkan kemampuannya di Al Khairaat. Sedangkan dalam hal kurikulum, Al Khairaat sebenarnya memiliki ciri khas dalam kekuatan kurikulum agamanya. Dalam hal ini, Al Khairaat sangat berkualitas. Namun dalam kurikulum pendidikan umum, Al Khairaat harus terus memperbarui diri dan menyesuaikan dengan konsep pendidikan yang terbaru. Tapi, tentunya dengan tetap tidak menghilangkan ciri khas dan nilai dasar yang selama ini dipegang teguh Al Khairaat.

Bagaimana dengan sistem manajamen dan pengelolaan Al Khairaat sendiri. Ada yang menilainya masih trandisional dan konvensional, belum modern dan profesional?
Habib Salim: Menurut saya, tidak. Hanya saja kelemahannya masih pada sumber daya manusianya yang terbatas. Sebaiknya, Al Khairaat melakukan rekruitmen para profesional dari luar. Saat ini banyak sekali tenaga profesional yang berkualitas yang bisa direkrut untuk mengelaola sebuah lembaga pendidikan. Al Khairaat bisa melakukan strategi ini. Ini untuk membuat Al Khairaat tampil menjadi yang terdepan dan berkualitas.

Bagaimana pandangan Bapak Menteri tentang sistem regenarasi di Al Khairaat?
Habib Salim: Jika merujuk pada Guru Tua, beliau melakukan regenrasi secara langsung. Beliau turun langsung ke daerah-daerah untuk melakukan kaderisasi secara langsung dan mencetak akder-kader berkualitas. Metode ini sebenarnya sangat bagus dan efektif. Saat ini, Al Khairaat perlu untuk meneruskan metode kaderisasi langsung seperti ini, namun tentunya dengan strategi dan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi zaman saat ini. Tapi, spiritnya sama.

Bagaimana sosok Habib Idrus sebagai pendiri Al Khairaat?
Habib Salim: Beliau merupakan sosok yang langka. Tidak mudah kita bisa menemukan kembali sosok seperti beliau. Dalam diri beliau, berpadu dua karakter: pendidik sekaligus donatur. Beliau memegang teguh prinsip kemandirian. Beliau juga menomorsatukan keikhlasan dalam mengabdi kepada umat. Ini kelebihan yang menjadi ciri khas beliau.

Apakah Guru Tua layak disebut sebagai tokoh pendidikan nasional, lebih khsusu dalam pendidikan Islam?
Habib Salim: Iya. Beliau berhasil menerapkan sistem pendidikan yang baik, tanpa kekerasan. Beliau juga memadukan etos pendidikan dengan etos sosial. Anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi, beliau sekolahkan dengan gratis di Al Khairaat. Selain itu, beliau dikenal sebagai sosok yang sabar dalam mendidik. Beliau tidak pernah marah, meskipun anak didik nakal. Beliau mengedepankan pendekatan yang bijaksana dalam mendidik.
Oleh: Muhammad Sadig Alhabsyie, S.Th.I(Ketua Koord.Litbang PP-HPA)

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

Harapan SBY (President RI) kepada Al Khairaat

Harapan SBY kepada Al Khairaat


“Pada kesempatan yang baik ini pula atas nama Negara, atas nama Pe¬merintah dan selaku pribadi saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Alkhairaat yang sudah 78 tahun berjuang, berkontribusi, memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia. Perjuangan dan peng¬abdian lembaga yang kita cintai ini tercatat abadi dalam sejarah bangsa kita. Saya juga tentu mengucapkan selamat bermuktamar besar pada tahun 2008 ini dan semoga Muk¬tamar Besar ini menghasilkan sesuatu yang membawa kebaikan, baik bagi Alkhairaat maupun bagi umat, bagi masyarakat dan tentunya juga bagi bangsa dan negara yang sama-sama kita cintai.
Kita sama-sama mengetahui bahwa Alkhairaat, sekali lagi telah memberikan peran dan pengabdian yang luar biasa di wilayah ini dan di negara kita. Lembaga ini juga telah tumbuh berkembang menjadi lembaga yang kuat dan besar, yang bergerak di bidang pen¬didikan, dakwah dan usaha sosial. Oleh karena itu mengingat peran dan sumbangan yang luar biasa dari Alkhairaat baik kepada kehidu¬pan umat, masyarakat, dan daerah, dan ten¬tunya bangsa dan negara tadi, maka saya in¬struksikan kepada para Menteri terkait untuk termasuk para Gubernur dimana Alkhairaat berada, menjadikan Alkhairaat sebagai part¬ner atau mitra dalam melaksanakan pemban¬gunan utamanya di bidang pendidikan, dak¬wah dan usaha sosial.
Berikanlah bantuan kepada Alkhairaat, karena bantuan ini akan digunakan bukan untuk apa-apa tetapi untuk meningkatkan pendidikan, melaksanakan dakwah dan men¬jalankan usaha sosial, yang semuanya itu ses¬ungguhnya juga untuk membantu umat dan rakyat kita. Dan dalam rehabilitasi dan rekon¬struksi Sulawesi Tengah pasca konflik yang lalu, yang sekali kita sampaikan dalam kesempatan ini, Pemerintah Pusat telah menuangkannya dalam Instruksi Presiden, Inpres nomor 7 yang telah saya tandatangani beberapa hari setelah 17 Agustus yang lalu yang menjadi kebijakan, program beserta anggaran yang dipadukan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, saya meminta agar Alkhairaat juga diperankan dan dijadikan bagian dalam pros¬es percepatan pembangunan Sulawesi Ten¬gah ini. Saya akan memantau pelaksanaannya nanti dan silakan disampaikan kepada saya apa yang dilakukan dan ikut diperankan oleh lembaga yang sama-sama kita cintai ini.
Ada tiga pilar kehidupan yang harus sama-sama kita bangun ke depan ini agar Indonesia benar-benar menjadi negara maju di abad 21 ini adalah yang pertama kita harus meningkatkan kemandirian sebagai bangsa. Yang kedua, kita juga harus meningkatkan daya saing kita sebagai bangsa. Dan yang ketiga, kita harus membangun peradaban bangsa yang terhormat dan mulia.
Kalau kita berbicara pada tiga pilar ke¬hidupan itu saya yakin dan saya berharap Alkhairaat dapat berperan lebih aktif lagi, lebih kontributif lagi dimana Alkhairaat bertu¬gas dan menjalankan misinya agar apa yang dilakukan oleh Alkhairaat ini menjadi bagian dari upaya seluruh bangsa Indonesia untuk membangun kemandirian, daya saing dan peradaban bangsa yang mulia tadi.
Bicara pendidikan, maka kita membi¬carakan dimensi, dimensi pendidikan yang lebih luas. Pertama pendidikan berdimensi keimanan, yang kedua berdimensi keilmuan, yang ketiga berdimensi keterampilan bukan hanya mengerti teori tapi bisa menjalankan dalam praktek dan yang keempat berdimensi kepribadian, karakter, akhlak, budi pekerti dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
Manusia yang maju adalah manusia yang beriman dan berakhlak, dan kemudian manusia yang berilmu atau mereka-mereka yang rasional. Lembaga-lembaga pendidikan Alkhairaat yang jumlahnya sangat besar tadi, dari yang paling dini sampai ketingkat Uni¬versitas saya harapkan benar-benar bisa men-capai tujuan dan sasaran pendidikan dengan dimensi-dimensi yang saya sampaikan tadi. Manusia paripurna, manusia yang lengkap segalanya untuk menjalani kehidupan yang positif di negeri tercinta ini.”

(Petikan sebagian isi Pidato Sambutan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia pada acara Pembukaan Muktamar Besar ke-IX Al Khairaat.kepada Al Khairaat)

Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH DALAM MAJAHALAH ALKHAIRAAT NEWS EDISI KHAUL GURU TUA

SAMBUTAN
GUBERNUR SULAWESI TENGAH
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamua’ Alaikum War.Wab
Alhmdulillah, segala Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas limpahan Rahmat dan Karunia yang di anugerahkan-NYA kepada kita semua.
Selaku pribadi dan atas nama Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah, saya menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Departemen Penelitian dan Pengembangan (Dept. Litbang) Pengurus Pusat Himpunan Pemuda Alkhairat (PP-HPA), atas segala upaya yang dilakukan dalam rangka Menyajikan Majalah Edisi Khusus “Haul Guru Tua” Ke-42.
Dewasa ini perkembangan dunia Pendidikan dan Era Globalisasi, Transformasi dan Reformasi bersamaan perkembangan Teknologi Dan informasi, sangat besar pengaruhnya terhadap budaya maupun tingkah laku umat manusia. Karena itu, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan sangatlah penting bagi umat manusia dalam membentuk watak dan karakternya, sekaligus menjadikan benteng dan bahaya kehancuran moral.
Majalah Edisi Khusus “Haul Guru Tua” Ke-42 dengan Tema “Mengenal Lebih Dekat Sosok Habib Idrus Bin Salim Al-jufrie bersama 30 Generasi Cemerlang Al khairaat”, saya nilai sangat memberi muatan yang mendalam bagi umat Islam di daerah ini, Karena Habib Idrus bin Salim Al-Jufrie yang dikenal dengan dengan sebutan “Guru Tua”, merupakan seorang Tokoh yang memiliki sifat dan karakter Kepemimpinan yang sangat Mulia dalam membentuk perilaku, karakter dan budaya masyarakat, bukan hanya di Sulawesi Tengah tetapi juga di Kawasan Timur Indonesia; beliau memilki falsafah kepemimpinan yang sederhana dan ampuh, memiliki Sense Of crisis dan Sense Of Moral masyarakatnya, maka kepemimpinan ini telah menjadi kekuatan penggerak perjuangan Guru Tua, sehingga ia bisa berhasil membangun Madrasah Alkhairat di Kawasan Timur Indonesia, sebagai upaya membentuk kecerdasan umat manusia yang berakhlakul karimah dalam bingkai moral keagamaan yang kuat, dan budi pekerti yang luhur, maju, mandiri, demokratif dan beriman dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, kompetetif, produktif, dan berakhlak mulia.
Tokoh Guru Tua yang lahir dikota Taris,Provinsi Hadramaut, Yaman Selatan ini, dalam sejarah kebangsaan Indonesia, tidak hanya terukir sebagai salah seorang tokoh pejuang pendidikan, keagamaan dan kebangsaan , oleh karena itu, dengan hadirnya Majalah Edisi Khusus “Haul Guru Tua” Ke-42, kiranya nilai tambah bagi umat Islam di Sulawesi Tengah dalam menjalani kehidupan yang selalalu bertakwa dan ikhlas, serta memiliki sikap empati yang tinggi terhadap orang lain tanpa membedakan status, peran kelas sosial.
Akhirnya saya mengucapkan selamat dan sukses, atas hadirnya Majalah Edisi Khusus “ Haul Guru Tua” Ke-42, semoga dapat memberi wujud perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya di Sulawesi Tengah, yang aman, damai, adil, dan sejahtera yang dilandasi oleh Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

GUBERNUR SULAWESI TENGAH


H.B. PALIUDJU


Al Khairaat News Edisi Khusus Khusus Khaul[September 2010]